Tabrak lari Rabu tgl 30 september 2009

Apes bener pagi ini. Bangun tidur langsung kunyalakan satu batang rokok, ku nikmati rokokku sampai ku terbuai alunan asap yg masuk ke tubuhku.. Sial rokokq udah habis lalu q keluar dr kamar berniat mau beli rokok, sampai diluar kamar kost kulihat keseksian buah mangga.. Buah itu ku ambil lalu ku makan 1 ternyata masih kurang ku makan 1buah lagi hm..nikmatnya..
Shabis makan mangga ku teringat rokokku habis dan q bergegas munuju warung.. Diwarung itu ku beli rokok lalu ku nyalakan 1 batang dag..jiuuuh...mantab.. Q bergegas balik kekost sambil menikmati asap rokokku, saat ku berjalan ad mobil melintas kencang dari arah yang sama aku berjalan, q menghindari mobil itu tapi rokokku terjatuh dan tertabrak mobil.. Sungguh malang bener rokokku tertabrak mobil sialan.. Dasar mobil kopet gk punya mata

Pertanyaan yang sulit dijawab

Apakah anda menjadi bagian dari kelompok orang yang berpola pikir negatif?

atau anda sudah kehilangan semangat dan keyakinan untuk melanjutkan hidup ini?

anda sendiri yg dapat menjawab pertanyaan diatas. Berpikiran negatif, apapun teory yang melandasinya, tidak akan melahirkan apa2 bagi kita untuk terus berjuang dan melanjut hidup ini

Berpikir positif 1

Tempatkan masalah pada sudut pandang yang benar. Keseriusannya akan berkurang. Robert schuller

krisis ekonomi yang sedang melanda dunia saat ini, dengan jujur kita akui membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan kita. Hidup menjadi semakin sulit untuk dijalani. Semua orang dihimpit kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Persoalan demi persoalan semakin hari semakin terasa berat dan menumpuk, mulai dari kelangkaan bahan bakar minyak. Hingga melambungnya harga kebutuhan pokok. Banyak orang yang merasa tertekan, frustasi, putus asa, dan tentu saja marah dengan keadaan ini. Sikap paling menyalahkan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, mulai muncul dan semakin meruncing menjadi perdebatan panjang tanpa melahirkan suatu solusi yg efektif.
Kesulitan hidup akan berpengaruh pada sisi psikologis seseorang. Ada orang yang tiba-tiba menjadi sosok yang tempramental, mudah marah dgn keadaan sekitarnya hanya karena persoalan sepele atau bhkan tanpa sebab yg jelas

selasa 29 september jam 16.15

tadi malam mimpi buruk.. aku mimpi motor vespaku hancur. habis itu aku susah tidur gara-gara kepikiran sama vespaq, aku sayang banget sama motor itu. karena dia sangat berjasa kepadaku, dia yang nganter aku kuliah n jalan-jalan bahkan dia pernah menemaniku menaiki gunung lawu.. aku sedih dia yang ku sayangi sekarang berada di bengkel dia sudah nginep di bengkel selama 5hari tapi belum sembuh juga. aku sudah kangen bgt jalan2 sama kamu..aku kesepian tanpamu

HIPERTENSI

Pengobatan Tradisional
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
4. Daun alpukat

Cara membuat obat tradisional
- ½ kg buah mentimun/ belimbing cuci hingga bersih
- kupas kulitnya kemudian parut
- saring airnya kemudian diminum
- lakukan setiap hari kurang lebih 1 kg untuk diminum 2 kali sehari

















Tips/ saran
1. Menurunkan BB bila terdapat kelebihan berat badan
2. Membatasi minuman beralkohol/ minuman keras
3. Meningkatkan aktifitas fisik aerobic (30-45 menit per hari)
4. Mengurangi asupan nutrisi
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
















HIPERTENSI




















AKADEMI PERAWATAN coy
2008



HIPERTENSI

Pengertian
Kenaikan tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan darah diastolic  90 mmHg. Jika ekanan darah Anda adalah 160/95 maka :
Sistoliknya : 160 mmHg
Diastoliknya : 95 mmHg

Jenis Hipertensi
1. Hipertensi ringan : jika tekanan darah sistoliknya 140-159 mmHg
2. Hipertensi sedang : jika tekanan darah sistoliknya 160-179 mmHg
3. Hipertensi berat : jika tekanan darah sistoliknya 180-209 mmHg
4. Hipertensi sangat berat : jika tekanan darah sistoliknya lebih dari 210 mmHg

Penyebab Hipertensi
 Stress
 Merokok
 Obesitas (kegemukan)
 Alkohol
 Faktor keturunan
 Faktor lingkungan



Tanda dan Gejala
 Sakit kepala
 Pusing
 Lemas
 Sesak nafas
 Kesemutan
 Kelelahan
 Rasa berat di tekuk


















SEGERALAH PERIKSAKAN DIRI ANDA JIKA TERDAPAT TANDA DAN GEJALA SEPERTI DI ATAS..!!!!

 Penyakit jantung : gagal jantung
 Penyakit ginjal : gagal ginjal
 Otak : serangan stroke
 Resiko jatuh

Pengobatan :
Pengobatan dini hipertensi sangat penting untuk mencegah komplikasi :
1. Pengobatan farmakologis dengan menggunakan obat dengan resep
2. Pengobatan non farmakologis tanpa menggunakan obat
 Mengurangi asupan garam dan lemak
 Mengurangi asupan alkohol
 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan
 Olahraga teratur seperti jogging, jalan cepat, bersepeda, berenang
 Menghindari ketegangan
 Istirahat
 Hidup tenang

GASTROENTERITIS

GASTROENTERITIS DAN PERAWATANNYA

A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah defakasi encer lebih dari 3 kali dengan atau tanpa tinja dan atau lendir dalam tinja.

B. ETIOLOGI/ PENYEBAB
1. Faktor infeksi
- Infeksi internal, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang meliputi infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi diluar saluran pencernaan.
- Infeksi perenteral, infeksi di luar saluran pencernaan.
2. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikikologis
Rasa takut dan cemas.

C. TANDA DAN GEJALA
- BAB lembek encer makin cair
- Merasa haus
- Suhu badan meningkat
- Lemas
- Berat badan turun
- Nafsu makan berkurang
- Perut nyeri, tegang dan peristaltik meningkat
- Turgor kulit menurun, mulut dan kulit kering
- Denyut nadi cepat dan lemah
- Tekanan darah menurun
- Urine pekat
- Mata cekung

D. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi/ kurang cairan
2. Hipokelemia (dengan gejala kelemahan otot, lemah, bradikardi)
3. Hipoglikemia/ kadar gula darah rendah
4. Kejang
5. Malnutrisi energi protein

E. PENGOLAHAN MEDIS/ PENGOBATAN
1. Pemberian cairan : jenis, cara pemberian cairan, jumlah pemberiannya
2. Obat-obatan
- Obat anti sekresi
- Obat anti spasmolitik
- Antibiotik

F. PENANGANANNYA
 Menghindari dari faktor-faktor infeksi
 Tidak makan sembarangan dan mulai hidup teratur
 Memelihara lingkungan yang bersih dan terhindar dari faktor infeksi
 Mencegah infeksi-infeksi sekunder.
 Segera periksakan bila tanda dan gejala muncul

GASTRITIS

PENCEGAHAN GASTRITIS

Pengertian Gastritis
Gastritis adalah inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.

Penyebab dari gastritis
1. Obat-obatan: aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
2. Alkohol, kafein
3. Gangguan mikrosirkulasi lambung: trauma, luka bakar, sepsis
4. Refluk duodenal
5. Stres fisik dan psikis
6. Mikroorganisme : H. Pylory, salmonella


Tanda dan gejala dari Gastritis
1. Gastritis Akut:
Pirosis (nyeri perih) pada epigastrik, Anoreksia, Kadang disertai mual, Muntah bila lebi berat sering disertai hematemesis
2. Gastritis Kronis
Sering tidak ada gejala (asymtotamatik), bila sudah terjadi antropi maka muncul tanda mual, muntah anoreksia, berat badan menurun dan anemia pernisiasa.

Penatalaksanaan dari Gastritis
1. Memotifikasi pola diit, makan teratur, tidak merangsang asam lambung.
2. Hindarkan dari stres fisik dan psikis
3. Monitor berat badan, perdarahan dan adanya anemia pernisiasa.
4. Lakukan lavase lambung bila terjadi hematemesis
5. Kolaborasi
a. H2 antagonis: golongan cimetidin seperti rantin, zantag, gastrian, ulsikur
b. Antacid
c. Vit B12
d. Siapkan dan rawat pembedahan



















PENCEGAHAN GASTRITIS




















AKADEMI PERAWATAN COY SURAKARTA
2008

GAGAL GINJAL

DIIT GAGAL GINJAL





AKADEMI PERAWATAN
COY
SURAKARTA
2008


PENGERTIAN GAGAL GINJAL
Gagal ginjal kronis adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandai dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir dan kematian (Susan Martin Tucker, 1998)
Gagal ginjal kronis adalah pelan dan biasanya ditandai dengan hilangnya fungsi yang terjadi dalam periode bulan atau tahun dan menjadi irreversible (Joan Luckman,, 1997)

DIIT PADA GAGAL GINJAL
Tujuan:
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal.
2. Menurunkan kadar ureum dan creatinine darah.
3. Mencegah/mengurangi retensi garam/air di dalam tubuh.
Syarat-syarat:
1. Banyak protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui dari ”nilai uji penjernihan creatinine” (Creatinine clearance test = CCT atau GFR)
2. Lemak terbatas diutamakan penggunaan lemak tak jenuh.
3. Kalium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila jumlah urin kurang dari 400 ml/hari.
4. Natrium diabatasi pada gegalan faal ginjal dengan hipertensi berat, hiperkalemia, udema, uliguria/anuria.
5. Kalori adekuat, agar protein tubuh tidak dipecah untuk energi.
6. Banyak cairan adalah banyak urin maksimal sehari ditambah banyak cairan yang keluar melalui keringat dan pernapasan (+ 500 ml/hari)

MACAM DIIT DAN INDIKASI PEMBERIAN
Menurut keadaan penderita dan berat penyakit dapat diberikan:
1. Diit terendah protein I : 20 g protein
2. Diit rendah protein II : 40 g protein
3. Diit protein sedang : 60 g protein
Disamping ketiga macam diit diatas dapat pula diberikan diit rendah protein dengan 30g protein dan diit protein sedang 50g protein.
Diit rendah protein I (20g protein):
Bentuk makanan tergantung pada keadaan penderita dapat cair, saring atau lunak, makanan ini kurang dalam kalori, protein, kalsium, besi dan thiamin. Diit diberikan selama beberapa hari saja sementara menunggu tindakan yang lebih tepat misalnya dialisa.
Diit rendah protein II (40g protein)
Bentuk makanan lunak/biasa, makanan cukup kalori dan semua zat gizi kecuali protein dan thiamin.
Diit protein sedang (60g protein)
Makanan diberikan dalam bentuk lunak/biasa makanan cukup kalori dan semua zat-zat gizi pada penderita yang mengalami dialisa.

Contoh Menu
Diit Rendah Protein I
Pagi Siang Sore
Bubur maezena
Susu Bubur/nasi tim
Telur ceplok saos tomat
Tumis sayuran papaya
Teh manis Bubur/nasi tim daging bistik
Sup sayuran
Pisang
Teh manis
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20.00
Kue talam
Teh manis Agar nenas
Teh manis Sirop





Diit Rendah Protein II dan Protein Sedang
Pagi Siang Sore
Nasi tim
Telur ceplok
Tumis labu siam
Susu Nasi tim
Ikan panggang saos tomat
Ca sayur
Pepaya
Teh manis Nasi tim
Daging bistik
Sup sayuran
Pisang
Teh manis
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 20.00
Kue talam
Teh manis Agar nenas
Teh manis Pisang susu

Bahan makanan yang arus dibatasi
Sumber protein: boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan sedapat mungkin diberikan berbentuk protein hewan yang bernilai biologi tinggi.

Flu Burung

AKADEMI PERAWATAN COY
SURAKARTA
2006
A. DEFINISI
Penyakit flu burung atau avian influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza type A jenis H5N1 yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Masa inkubasi pada unggas = 1 minggu, pada manusia = 1-3 hari

B. TANDA dan GEJALA
1. Pada manusia
a. Demam sekitar 39oC
b. Nyeri perut
c. Sakit tenggorokan
d. Muntah-muntah
e. Sesak napas
f. Mengeluarkan lendir bening dari hidung/flu
g. Sakit kepala

2. Pada unggas
a. Diare
b. Batuk, bersin, ngorok.
c. Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata
d. Pembekakan disekitar kepala dan muka
e. Perdarahan di bawah kulit (sub kutan)
f. Jengger, pial dan kulit perit yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan.

C. CARA PENULARAN
1. Penularan antar-ternak unggas
a. Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka
b. Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata.
c. Melalui kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung.
d. Melalui pakan, air dan peralatan kandang yang terkontaminasi.
2. Penularan dari ternak ke manusia
a. Telur yang tercemar lendir dan kotoran ternak yang terinfeksi flu burung.
b. Kontak langsung dengan aktivitas ternak
3. Penularan antar-manusia
Melalui udara, percikan air liur pasien yang terinfeksi flu burung, bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia.

D. KOMPLIKASI
1. Peradangan di paru-paru (pneumonia)
2. Kematian

E. PENCEGAHAN
1. Pada manusia
a. Kelompok beresiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang).
- Mencuci tangan dengan disinfektan dan mandi sehabis kerja.
- Menggunakan alat pelindung diri (contoh: masker dan pakaian kerja).
- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi.
- Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja.
b. Masyarakat umum
- Berolah raga secara taratur
- Makan makanan bergizi
- Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar matang. Penularan flu burung melalui makanan belum ditemukan buktinya, virus flu burung akan mati pada suhu tinggi, yaitu 800C selama 30 menit.
- Istirahat cukup dan tidur.


c. Pencegahan secara tradisional
- Cabe jawa
- Temulawak
Fungsi temulawak, antara lain memperbaiki kerusakan organ disamping pemicu pembaharuan atas kerusakan sel-sel hepar dan anti radang.
2. Pada Unggas
a. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar.
b. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat.

F. PENGOBATAN
1. Simtomatik/ sesuai gejala, misal batuk diberi obat batuk, jika sesak napas dapat diberi obat sejenis bronkodilator untuk melebarkan saluran pernapasan.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

FEBRIS

APAKAH ITU FEBRIS??

Febris atau demam adalah temperatur tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh kelainan otak sendiri/ bahan toksik yang mempengaruhi pengaturan suhu.

PENYEBAB
1. Inflamasi/ Peradangan
2. Mestastase kanker
3. Perdarahan
4. Masuknya pirogen
- Bakteri
- Virus
- Jamur
- Obat
5. Rangsangan kimiawi
6. Rangsangan mekanik
7. Rangsangan psikis


TANDA-TANDA DEMAM
a. Muka kemerahan
b. Bibir kering
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Sakit kepala



PENATALAKSANAAN DEMAM
Hal-hal yang harus dilakukan pada pasien demam adalah :
1. Mempertahankan masukan cairan secara adekuat
2. Memberikan kompres hangat basah
3. Mengenakan pakaian yang tipis
4. Memberikan obat penurunan panas




KOMPLIKASI
Kejang yang berlangsung lama lebih dari 15 menit mengakibatkan :
a. Kerusakan sel otak
b. Epilepsi spontan
c. Hemiparese yang biasanya diakibatkan kejang












































Oleh :
whoooyooow
0606312
AKADEMI PERAWATAN
coy
2007

60 Asuhan Keperawatan Menarik Diri

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)
Gangguan isolasi sosial : manarik diri

II. Proses terjadinya masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Perilaku menarik diri adalah klien ingin lari dari kenyataan tetapi karena tidak mungkin, maka klien menghindari atau lari secara emosional sehinga klien jadi pasif, tergantung, tidak ada motivasi dan tidak ada keinginan untuk berperan (Budi Ana Keliat, 1992).
2. Tanda dan Gejala
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghidar dari orang lain (menyendiri)
Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.
c. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
d. Komunikasi kurang / tidak ada.
Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
e. Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.
f. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.
g. Menolak berhubungan dengan orang lain.
h. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

B. Penyebab
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tanda dan Gejala menarik diri
Klien yang gagal dalam mencapai suatu keinginan atau gagal dalam tujuan akan merasa bahwa ia tidak berharga dant idak berguna, keadaan tersebut akan membuat individu takut salah untuk berbuat sesuatu, pesimis atau rasa tidak percaya diri, hal ini menimbulkan dampak perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain dan akan menghindari dari orang lain atau menarik diri.

C. Akibat manarik diri
Resiko mencederai diri : bunuh diri
Tanda dan Gejala :
Klien dengan menarik diri disebabkan oleh adanya pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pasien, seperti kegagalan atau kehiilangan atau karena perpisahan yang lama dengan orang terdekat.

III. A. Pohon Masalah manarik diri
Resiko mencedarai diri : bunuh diri
Ganguan isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Resiko mencederai diri : bunuh diri
Data yang dikaji :
a. ada ide-ide / usaha bunuh diri
b. ingin mengakhiri kehidupan
c. mudah marah
d. gelisah
e. mengisolasi diri dengan membatasi hubungannya dengan orang lain
f. merasa tidak berguna.
2. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji :
a. lebih banyak diam
b. lebih suka menyendiri / hubungan interpersonal yang kurang
c. personal hygiene kurang
d. merasa tidak nyaman di antara orang
e. tidak cukupnya ketrampilan sosial
f. berkurangnya frekuensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi.
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
a. perasaan rendah diri
b. pikiran mengalah
c. mengkritik diri sendiri
d. kurang terlibat dalam hubungan sosial
e. meremehkan kekuatan / kemampuan diri
f. menyalahkan diri sendiri
g. perasaan putus asa dan tidak berdaya.

IV. Diagnosa Keperawatan
1. Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.
2. Gangguan sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

V. Rencana Tindakan Keperawatan manarik diri
Diagnosa I : Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Kriteria evaluasi
1.1. ekspresi wajah klien bersahabat
1.2. klien menunjukkan rasa senang
1.3. ada kontak mata
1.4. klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
b. Intervensi
1.1.1. sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
1.1.2. perkenalkan diri dengan sopan
1.1.3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
1.1.4. jelaskan tujuan pertemuan
1.1.5. jujur dan menepati janji
1.1.6. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
a. Kriteria evaluasi
2.1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
- diri sendiri
- orang lain
- lingkungan
b. Intervensi
2.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.1.2. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
2.1.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab muncul.
2.1.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan kuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi
3.1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
b. Intervensi
3.1.1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.1.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3.2.1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.3. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3.2.4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
a. Kriteria evaluasi
4.1. Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara:
K – P
K – P – K
K – P – Kel
K – P – Klp
b. Intervensi
4.1.1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
4.1.2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K – P
K – P – P lain
K – P – P lain – K lain
K – P – Kel / Masy.
4.1.3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.1.4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
4.1.5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
4.1.6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi
5.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk :
- diri sendiri
- orang lain
b. Intervensi
5.1.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.1.2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
5.1.3. Beri reinforcement positif atau kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
TUK 6 : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
a. Kriteria evaluasi
6.1. Keluarga dapat :
- menjelaskan perasaannya
- menjelaskan cara merawat klien menarik diri
- mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri
- berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri
b. Intervensi
6.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- salam, perkenalkan diri
- sampaikan tujuan
- buat kontrak
- eksplorasi perasaan keluarga.
6.1.2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku penyebab serta akibat perilaku menarik diri.
6.1.3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.1.4. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minim satu kali seminggu.
TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
a. Kriteria evaluasi
7.1. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.
7.2. Klien dapat mendemonstrasikan dan tahu tentang manfaat dan efek samping dan penggunaan obat dengan benar.
7.3. Klien memahami akibat berhentinya minum obat tanpa konsultasi.
b. Intervesi :
7.1.1. Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat serta efek sampingnya.
7.1.2 Anjurkan klien untuk minta sendiri obat kepada perawat dan merasakan manfaatnya.
7.1.3. Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping yang dirasakan.
7.1.4. Diskusikan akibat tidak minum obat tanpa konsultasi.









STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien lebih suka menyendiri di tempat tidurnya, ekspresi wajah seidh, tidak mau kontak dengan yang lain, lebih banyak diam, kontak mata singkat.
2. Diagnosa keperawatan
Resti mencederai diri, bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.
3. Tujuan khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
4. Tindakan keperawatan
TUK 1 :
a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
b. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
c. Jujur dan menepati janji
d. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
e. Berikan perhatian terhadap klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK 2 :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab muncul.
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.






B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase oreientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbak, perkenalkan nama saya Sri Sundari, saya biasa di panggil Ndari, nama Mbak siapa? Baiklah Mbak, disini saya akan menemani Mbak, saya akan duduk di samping Mbak, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan”.
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan Mbak hari ini? Saya ingin sekali membantu Mbak menghadapi masalah dan saya harap Mbak mau bekerja sama dengan saya, Mbak boleh saya tahu apa yang terjadi di rumah sehingga Mbak sampai dibawa kemari? Bagaimana kalau hari ini kita berbicara tentang kebiasaan Mbak yang lebih suka menyendiri, Mbak bersediakan?”.
c. Kontrak
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang?”
“Dimana tempat yang Mbak sukai?”
“Baiklah kita berbicara di tempat tidur saja, berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Baiklah jadi kita akan ngobrol-ngobrol tentang kebiasaan Mbak yang lebih suka menyendiri selama 30 menit?”
2. Fase Kerja
“Biasanya kalau jam-jam seperti ini apa yang Mbak lakukan di sini atau di rumah?”
“Bagaimana perasaan Mbak berdiam diri di kamar?”
“Apa yang menyebabkan Mbak berdiam diri di kamar?”
“Jika Mbak berdiam diri di kamar apa yang Mbak lakukan dan pikirkan?”
“Jadi apa saja tanda-tanda kalau Mbak enggan berhubungan dengan orang lain?”


3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Apa yang Mbak rasakan setelah kita berbincang-bincang selama 30 menit tadi?”
“Bisa Mbak ulangi lagi apa yang telah kita bicarakan tadi?”
b. Rencana tindak lanjut
“Setelah ini kita akan bicara mengenai keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain”.
c. Kontrak
“Baiklah Mbak, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau kita cukupka sampai di sini, kira-kira jam berapa kita besok bertemu lagi? Tempatnya dimana?”
“Baiklah jam 11 kita akan bertemu di sini lagi selama 15 menit.”

















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien banyak diam di tempat tidurnya, menyendiri, tidak mau kontak dengan yang lain, kontak mata ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Tuk 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
Tuk 3 :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
8. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.


B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mbak, mbak masih ingat dengan saya ? coba sebutkan siapa nama saya, bagus ternyata mbak masih ingat.”
b. Evaluasi/ validasi
“Mbak kelihatannya segar dan semangat hari ini, bagaimana perasaan Mbak pagi ini ?”
c. Kontrak
“Kemaren kita sudah berbicara mengenai hal yang menyebabkan bapak sering menyendiri di kamar. Nah, sekarang sesuai dengan janji kita, kita sekarang akan berbincang-bincang mengenai keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain selama 20 menit, bagaimana Mbak bisa kita mulai sekarang ?”
2. Fase Kerja
“Coba mbak sebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.”
“Bagus, ternyata mbak lebih pintar daari saya”
“Sekarang coba mbak sebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.”
“Bagaimana jika mbak ngobrol-ngobrol dengan yang lain sekarang?”
“Bagaimana kalau saya beri contoh cara berkenalan dengan orang lain?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Apa yang mbak rasakan setelah kita berbincang-bincang selama 20 menit tadi?”
“Coba mbak ulangi lagi, sebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.”
b. Rencana tindak lanjut
“setelah ini, silahkan mbak coba berkenalan dengan orang lain, paling tidak mbak tahu nama dan asal teman baru mbak.”

c. Kontrak
“Baiklah mbak waktu kita sudah habis, sudah 20 menit kita berbincang-bincang.”
“Kira-kira kapan kita akan bertemu lagi ? tempatnya di mana ? dan apa yang akan kita bahas ?”
“Baiklah bagaimana kalau kita bertemu lagi jam 13.00, kita akan berbincang-bincang di tempat ini lagi selama 30 menit, untuk membahas kegiatan dan perasaan mbak setelah berkenalan dengan orang lain.”




STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN III

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, diam, kontak mata ada, klien tidak mau kontak dengan yang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri.
3. Tujuan Khusus
Tuk 4 : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Tuk 5 : klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawaatan
Tuk 4 :
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan mangan.
7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dan kegiatan mangan.
Tuk 5:
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.


B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mbak, kelihatannya mbak senang hari ini, mbak sudah makan?”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana mbak, sudah berkenalan atau sudah ngobrol-ngobrol dengan kenalan baru mbak ?”
“Kalau boleh saya tahu siapa namanya ? asalnya dari mana ? bagus sekali mbak sudah ingat nama dan asal teman baru mbak.”
c. Kontrak
“Tadi sudah beerkenalan dengan teman baru mbak, bagaimana kalau kita berbicara tentang teman baru mbak dan peerasaan mbah setelah berkenalan atau berhubungan dengan teman baru mbak.” Sesuai dengan kesepakatan kita, kita akan berbincang-bincang selama 30 menit.”
2. Fase Kerja
“Coba mbak praktekkan carra berkenalan mbak dengan teman baru mbak pada saya.”
“Setelah berkenalan, kegiatan apa yang mbak lakukan dengan teman baru mbak?”
“Setelah itu bagaimana perasaan mbak, senang atau tidak ?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan mbak sekarang setelah berhubungan dengan orang lain ?”
“Coba mbak ulangi lagi nama dan asal teman baru mbak!”
b. Rencana tindak lanjut
“baiklah saya lihat mbak sudah lelah, silahkan mbak istirahat dan besok kita lanjutkan lagi bincang-bincang kita.”


c. Kontrak
“Baiklah kita cukupkan sekian dulu, sudah 30 menit perbincangan kita kali ini, besok kita akan bincang-bincang kembali tentang cara penggunaan obat yang mbak minum dengan benar dan tepat.”











STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN IV

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih banyak diam, menyendiri, tidak mau kontak dengan yang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Resti mencederai diri : bunuh diri berhubungan dengan menarik diri
3. Tujuan Khusus
Tuk 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
4. Tindakan Keperawatan
1. Diskusi dengan klien tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat serta efek sampingnya.
2. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat kepada perawat dan merasakan manfaatnya.
3. Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping yang dirasakan.
4. Diskusikan akibat tidak minum obat tanpa konsultasi.

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mbak ? mbak ingat janji pertemuan kita ? bagus sekali ternyata mbak masih ingat dengan tepat, bahwa pagi ini kita akan kembali berbincang-bincang selama kurang lebih 15 menit.”
b. Validasi/ evaluasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini ? mbak masih berteman atau ngobrol dengan teman baru mbak ? bagus sekali … mbak sudah mau bergabung dengan teman-teman mbak.”



c. Kontrak
“Baik kalau begitu sesuai kesepakatan kita bagaimana kalau pada pertemuan kita kali ini selama 15 menit kedepan kita berbincang-bincang tentang kegunaan obat yang mbak minum tiap hari.”
2. Fase Kerja
“Boleh saya tahu bagaimana cara mbak meminum obat ini ? bagus sekali, mbak sudah bisa menggunakan obat ini secara benar dan tepat, dan jangan lupa ingat nama obat dan waktu minum obat.”
“Bagus sekali mbak patuh dan taat, saya senang mbak mau mengikuti saran perawat dan dokter di sini.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan mbak setelah minum obat dan mengetahui penggunaan obat ini ?”
“Mbak tadi mengatakan bahwa obat ini dapat membantu mbak dan banyak gunanya.”
b. Rencana tindak lanjut
“Mbak haarus selalu mengingat-ingat nama obat, dosis dan cara pemberiannya, coba mbak ingat-ingat lagi ya ?”
c. Kontrak
“Kira-kira kapan ada kesempatan untuk berbincang-bincang lagi mbak ?”


LAPORAN PENDAHULUAN MENARIK DIRI II

I. Kasus ( Masalah Utama )
Gangguan konsep diri; harga diri rendah

II. Proses Terjadinya Masalah
A. Core Problem
1. Definisi
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 1992 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
2. Tanda dan gejala
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Hilang kepercayaan diri
c. Merasa gagal mencapai keingginan
d. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu
e. Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai mana mestinya
f. Menarik diri dari kehidupan sosial
g. Banyak diam dan sulit berkomunikasi

B. Penyebab manarik diri
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif, koping merupakan respon pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak efektif maka individu tidak bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.




C. Akibat manarik diri
Menarik diri
Mekanisme terjadinya masalah :
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga diri rendah akan merasa tidak mampu , tidak berdaya, pesimis dapat menghadapi kehidupan, dan tidak percaya pada diri sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu individu akan banyak diam, menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial.

III. A. Pohon Masalah
Gangguan isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Koping individu tidak efektif

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu di Kaji
1. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Lebih banyak diam
b. Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang
c. Personal hygiene kurang
d. Merasa tidak nyaman diantara orang
e. Tidak cukupnya ketrampilan sosial
f. Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam berkomunikasi
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
a. Perasaan rendah diri
b. Pikiran mengarah
c. Mengkritik diri sendiri
d. Kurang terlibat dalam hubungan sosial
e. Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri
f. Menyalahkan diri sendiri
g. Perasaan putus asa dan tidak berdaya.
3. Koping individu tidak efektif
a. Masalah yang di hadapi pasien (adanya koping)
b. Strategi dalam menghadapi masalah
c. Status emosi pasien

IV. Diagnosa Keperawatan Manarik Diri
1. Gangguan interaksi sosial ; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

V. Rencana Tindakan Keperawatan manarik diri
Diagnosa 2 : Gangguan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.
a. Kriteria hasil :
2.1. Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- kemampuan yang dimiliki
- aspek positif keluarga
- aspek positif lingkungan yang di miliki klien.
b. Intervensi
2.1.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.1.2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
2.1.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Kriteria evaluasi
3.1. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
b. Intervensi
3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.1.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
TUK 4 : Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Kriteria evaluasi
4.1. Klien membuat rencana kegiatan harian.
b. Intervensi
4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
- kegiatan mandiri
- kegiatan dengan bantuan sebagian
- kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
a. Kriteria evaluasi
5.1. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
b. Intervensi
5.1.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.1.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.1.3. Diskusikan kemungkinan, pelaksanaan di rumah.
TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada :
a. Kriteria evaluasi
6.1. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
b. Intervensi
6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
6.1.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam sulit berkomunikasi dengan teman-temannya, pandangan mata kosong.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri peerhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberikan pujian yang realistis

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam tarapeutik
“Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Sri Sundari, saya biasa dipanggil Ndari, nama mbak siapa ? dan panggilan apa yang mbak sukai ? Baiklah mbak, di sini saya akan menemani mbak, saya akan duduk di samping mbak, jika mbak akan mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan.”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini, saya ingin sekali ingin membantu menyelesaikan masalah mbak dan saya harap mbak mau bekerja sama dengan saya, kalau boleh saya tahu apa yang terjaadi di rumah sehingga mbak sampai dibawa kemari ?”
c. Kontrak
“Mbak bagaimana kalau hari ini kita bincang-bincang tentang kemampuan yang mbak miliki, di mana kita ngobrol mbak ? berapa lama ? baiklah bagaimana kalau kta nanti ngobrol di taman selama + 15 menit.
3. Fase Kerja
“Nah, coba mbak cari kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sebelum sakit. Baik, apalagi mbak ?”
“Bagus sekali ternyata mbak memiliki kemampuan yang banyak sekali.”
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 15 menit tadi ?”
“Bisa mbak ulangi lagi apa yang telah kita bicarakan tadi ?”
b. Rencana tindak lanjut
“Setelah ini kita akan berbicara mengenai kemampuan yang masih bisa mbak gunakan selama sakit.”
c. Kontrak
“Baiklah mbak, waktu kita sudah habis bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, kira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?”
“Baiklah mbak bagaimana kalau kita bertemu lagi jam 11 selama + 20 menit.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien lebih suka menyendiri, banyak diam, kurang berkomunikasi dengan teman-temannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan interaksi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Tujuan Khusus
Tuk 3 : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tuk 4 : klien dapat ( menetapkan ) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Tuk 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
4. Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
2. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan .

3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan tentang kemungkinan melaksanakan di rumah

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi mbak, mbak masih ingat dengan saya. Coba sebutkan nama saya, bagus ternyata mbak masih ingat.”
b. Evaluasi/ validasi
“Mbak kelihatan cantik dan segar hari ini, bagaimana perasaan mbak hari ini ?”
c. Kontrak
“Kemarin kita sudah berbicaara mengenai kemampuan yang mbak miliki selama sebelum sakit, nah sekarang sesuai dengan janji kita, bagaimana kalau kita mulai pembicaraan kita mengenai kemampuan yang bisa mbak lakukan selama sakit atau di rumah sakit ini, di mana kita bicara nanti mbak ? Bagaimana kalau kita bicara di ruang tamu + 30 menit.
2. Fase Kerja
“Sekarang coba mbak ssebutkan kegiatan yang bisa mbak lakukan selama sakit.”
“Baik, apalagi mbak ?”
“Mbak punya hobi apa ? memasak atau mungkin membuat ketrampilan ?”
“Nah… ya itu tadi bisa mbak lakukan di rumah sakit ini, di sini tersedia fasilitas untuk mbak bisa menggali kemampuan mbak .”
”Masih banyak kegiatan yang bisa mbak lakukan di sini sesuai dengan bakat dan kemampuan mbak.”


3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Apa yang mbak rasakan setelah kita bincang-bincang selama 30 menit tadi ?”
“Bisa mbak ulangi lagi apa yang elah kita bicarakan tadi ?”
b. Rencana tindak lanjut
“Mulai saat ini coba mbak lakukan sedikit demi sedikit apa yang telah kita bicarakan tadi.”
c. Kontrak
“Baiklah mbak, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau kita cukupkan sampai di sini, kira-kira jam berapa kita bertemu lagi ? tempatnya di mana ?”

selamat mengerjakan tugas kawan

61 Asuhan Keperawatan Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI


I. MASALAH UTAMA

Halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Masalah Utama
1. Pengertian
a. Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai secara internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distarsi/ kelainan berespon terhadap stimulus. (Mary C.T, 1998)
b. Halusinasi adalah gangguan sensori/persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. (Maramis, 1998).
c. Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksterna, persepsi palsu. (Lubis, 1993).
d. Halusinasi adalah pengindraan tanpa sumber rangsang eksternal.
2. Tanda dan Gejala
a. Merasa tidak mampu (HDR)
b. Putus asa (tidak percaya diri)
c. Merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan ketrampilan diri)
d. Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
e. Merasa mempunyai kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut
f. Merasa malang (tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual)
g. Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan
h. Rendahnya kemampuan sosialisasi diri
i. Perilaku agresif
j. Perilaku kekerasan
k. Ketidakadekuatan pengobatan
l. Ketidakadekuatan penanganan gejala
(Sareno, Kumpulan Materi Perkuliahan Perawatan Mental 2001, Magelang)
Jenis-jenis halusinasi
1) Pendengaran
Mendengarkan suara-suara/ kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2) Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3) Penghirup
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensta.
4) Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses.



5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6) Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7) Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

B. Penyebab
Perilaku Menarik Diri
1. Pengertian
Perilaku menarik diri adalah perilaku yang merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawhns, 1993) Menarik diri termasuk isolasi diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya. Individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung. Perilaku menarik diri merupakan reaksi pada masa kritis yang bersifat sementara dan dimanifestasikan dengan perilaku yang bermacam-macam.
2. Tanda dan Gejala
a. Kurang spontan
b. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
d. Afek tumpul
e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
f. Komunikasi verbal menurun/ tidak ada. Tidak bercakap-cakap dengan orang lain
g. Mengisolasi diri (menyendiri), memisahkan diri dari orang lain
h. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya
i. Pemasukan makanan dan minuman terganggu
j. Retensi urine dan feses
k. Aktivitas menurun
l. Kurang energi (tenaga)
m. Harga diri rendah
n. Posisi janin pada saat tidur
o. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

C. Akibat
1. Pengertian
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.
Hal ini terjadi karena pasien mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan dan pasien tidak menemukan alternatif lain sehingga timbul perasaan marah, jengkel yang disertai ketidakmampuan mengontrol diri, sehingga pasien mengungkapkan perasaan lewat perilakunya.
2. Tanda dan Gejala
a. Merusak barang
b. Ada ide untuk bunuh diri
c. Melakukan kekerasan fisik secara aktual/potensial
d. Tingkah laku maniac
e. Menggebrak meja/ tempat tidur
f. Riwayat perilaku menyakiti orang lain
g. Keluhan neurologis agitasi
h. Menyalahgunakan obat/ zat





III. A. Pohon Masalah


B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
No Diagnosa Data yang sudah ada Data yang perlu dikaji
1 Halusinasi
a. Pendengaran - Melirik mata ke kanan/ ke kiri untuk mencari sumber suara
- Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang berbicara/ benda mati didekatnya
- Terlibat pembicaraan dengan benda mati ayau orang yang tidak nampak
- Menggerakkan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan - Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda mati atau stimulus yang tak terlihat
- Tiba lari ke ruang lain
c. Pengecepan - Meludahkan makanan atau minuman
- Menolak makanan atau minum obat
- Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup - Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tidak enak
- Menghirup bau tubuh
- Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain
- Berespon terhadap bau dengan panik
e. Peraba - Menampar diri sendiri seakan-akan sedang memadamkan api
- Melompat-lompat di lantai seperti menghindari sesuatu yang menyakitkan
f. Sintetik - Mengverbalisasi terhadap proses tubuh
- Menolak menyelesaikan tugas yang menggunakan bagian tubuh yang diyakini tidak berfungsi
2. Menarik diri - Kurang spontan
- Apatis (acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)
- Afek tumpul
- Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
- Komunikasi verbal menurun/ tidak ada
- Mengisolasi diri (menyendiri)
- Aktivitas menurun
- Kurang energi
- Menolak berhubungan dengan orang lain
3 Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan - Merusak barang
- Ada ide untuk membunuh/ bunuh diri
- Melakukan kekerasan fisik aktual/potensial
- Tingkah laku maniac
- Menggebrak meja/ tempat tidur
- Riwayat perilaku mengejar orang lain
- Keluhan neurologis agitasi
- Menyalahgunakan obat/ zat
- Riwayat melakukan kekerasan pada orang lain.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Halusinasi
2. Menarik diri
3. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan








PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN HALUSINASI
No No.
Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
Halusinasi TUM :
Klien tidak berhalusinasi
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya


1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa, senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi


1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
TUK 2 :
Klien dapat mengenal halusinasi 2.1 Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi









































2.2 Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi 2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.1.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : berbicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri/ ke kanan/ ke depan seolah-olah ada teman bicara.
2.13 Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b. Jike klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh)
d. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
2.1.4 Diskusikan dengan klien
a. Situasi yang menimbulkan/ tidak menimbulkan halusinasi.
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel/ sedih)
2.2.1 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
TUK 3 :
Klien dapat mengkontrol halusinasinya 3.1 Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasaya dilakukan untuk menghindari halusinasi

3.2 Klien dapat menyebutkan cara baru























3.3 Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan.
3.4 Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya.
3.5 Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok 3.1.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.1.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
3.2.1 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi
a. Katakan : “Saya tak mau dengan kamu” (pada saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengarnya.
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-sehari agar halusinasi tidak sempat muncul
d. Meminta keluarga/ teman/perawat, menyapa jika tampak berbicara sendiri
3.3.1 Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasi secara bertahap



3.4.1 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

3.5.1 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi
TUK 4 :
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya 4.1 Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
4.2 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi 4.1.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2.1 Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah)
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama.
d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol dan risiko mencederai orang lain.
TUK 5 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik 5.1 Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat
5.2 Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
5.3 Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat
5.4 Klien memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi
5.5 Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat 5.1.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat


5.2.1 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

5.3.1 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan
5.4.1 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi



5.5.1 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima) benar



















STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN I

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik
b. Diskusikan dengan klien tentang halusinasinya yang dialaminya
c. Identifikasi jenis, waktu, isi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi dan respon klien terhadap halusinasi
d. Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan jika halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
e. Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
f. Ajarkan memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal rencana kegiatan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ita Rahmawati, saya biasa dipanggil Ita. Nama siapa? Biasanya senang dipanggil siapa? Wah bagus sekali namanya. Saya yang akan merawat selama di rumah sakit ini, jika membutuhkan bantuan saya siap membantu”
b. Validasi/ evaluasi
“Bagaimana perasaan saat ini? Apa keluhan saat ini?
c. Kontak (topik,waktu, dan tempat)
“Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang sering dengar? Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Dimana tempat yang menurut cocok untuk berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruangan ini?
2. Fase Kerja
“Coba ceritakan suara-suara yang sering dengar?
Apakah mengenali suara siapa itu?
Apa terus-menerus mendengar suara-suara itu? Kapan saja suara itu terdengar?
Situasi yang bagaimana yang menurut menjadi pencetus munculnya suara itu?
Berapa kali suara itu terdengar?
Apakah merasa terganggu dengan suara-suara tersebut?
Apakah yang lakukan jika suara-suara itu terdengar?
Bagaimana perasaan ketika suara-suara itu muncul?
Apakah dengan cara seperti itu suara-suara tersebut bisa hilang?
Bagaimana kalau kita belajar cara-cara mencegah suara-suara yang muncul?
Ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul, yang pertama dengan menghardik suara-suara yang muncul misal Anda tutup telinga atau tanamkan kata-kata dalam hati sambil mengungkapkan “pergi-pergi, saya tidak mau dengar kamu!” yang ke-2 dengan melakukan percakapan dengan orang lain. Ke-3 dengan melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang ke-4 dengan minum obat teratur” seperti yang tadi saya contohkan sampai suara-suara itu hilang ya!
Coba peragakan tapi ingat di dalam hati saja ya!
Nah, begitu bagus! Coba lagi! Ya bagus sudah bisa.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan setelah memperagakan latihan tadi?
Kalau suara-suara tidak berwujud itu muncul lagi coba cara-cara tadi dilatih.
Oh ya ya! Masih ingat 4 cara mengontrol halusinasi tadi apa saja? Wah bagus sekali masih ingat.”
b. Rencana tindakan lanjut
“ besok kita latihan lagi untuk cara yang ke-2 ya! Dengan cara melakukan percakapan dengan orang lain dan cara-cara yang lain.”
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
“Baiklah pertemuan hari ini cukup sekian dulu. Besok kita ketemu lagi ya untuk berlatih mengendalikan suara-suara dengan bercakap-calap.
Maunya mau dimana? Bagaimana kalau ditempat ini lagi, besok jam sama seperti ini jam 10.00 WIB.
Jangan lupa ya…!














STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN II


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi cara menghardik halusinasi
b. Latih dan mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
c. Kontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan dalam rencana harian
d. Ajarkan kegiatan bercakap-cakap dimasukkan dalam rencana harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, !” masih ingat dengan saya? Bagaimana kabarnya? Masih ingat tho, saya Ita yang kemarin.
b. Validasi/ evaluasi
“Apa yang rasakan hari ini? Wah tampak senang sekali, ya?
c. Kontak (topik,waktu, dan tempat)
“Seperti janji saya kemarin, bahwa hari ini kita akan berlatih mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang dengan orang lain dan melakukan kegiatan seperti yang direncanakan per hari. Masih ingat kan? Nanti kita akan berbincang-bincang selama 30 menit ya? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruangan ini lagi?
2. Fase Kerja
“Kemarin sudah bisa menghardik halusinasi kan? Sekarang cara yang ke-2 untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau mulai mendengar suara-suara langsung saja cari teman untuk mengobrol dengan teman atau ajak perawat.
Contoh : “Tolong, saya sekarang mulai mendengar suara-suara itu!
Ayo ngobrol dengan saya!
Coba sekarang lakukan seperti saya tadi! Bagus, nah latihan terus ya dan diingat terus.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif : Bagaimana perasaan setelah berbincang-bincang dengan saya?
Evaluasi objektif : Sekarang coba sebutkan 4 cara mengontrol halusinasi!
Bagus sekali, jangan lupa dilakukan ya!
b. Rencana tindakan lanjut
“Jadi jangan lupa melakukannya dan kita masukkan dalam kegiatan harian !
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
“Saya rasa pertemuan kita cukup sekian dulu, kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang tentang cara ke-3 dengan membuat jadwal rencana harian. Tempatnya di sini lagi. Bagaimana kalau besok jam 10.00 WIB selama 15 menit. Bagaimana setuju kan? Silahkan kalau mau istirahat.”




STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN III


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Kondisi latihan menghardik dengan bercakap-cakap
b. Ajarkan kegiatan yang terjadwal
c. Memasukkan kegiatan dalam jadwal rencana harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ! Mari kita mengobrol-ngobrol lagi! Bagaimana kabarnya?”
b. Validasi/ evaluasi
“Apa yang rasakan hari ini? Sudah ngobrol dengan siapa saja, pasti sudah kenal dengan perawat-perawat sini ya? Coba sebutkan namanya sedikit saja!” bagus sekali!
c. Kontak (topik,waktu, dan tempat)
“Seperti janji kita kemarin hari ini kita akan membuat jadwal rencana kegiatan untuk mengontrol halusinasi. Bagaimana kalau di ruang ini lagi ya! Kita akan ngobrol selama 15 menit saja. Bagaimana? Baiklah


2. Fase Kerja
“Apa saja yang biasa lakukan di rumah? Pagi hari apa kegiatan yang lakukan? Jam berapa biasanya (terus apa saja kegiatannya sampai malam) wah banyak sekali kegiatannya. Mari coba hari ini kita latihan 2 kegiatan hari ini, misalkan perbed dan menyapu lantai.
Bagus sekali bisa lakukan. Kegiatan ini dapat menghalau suara-suara waktu Anda mendengarkan.
Kegiatan apalagi yang bisa lakukan dari pagi sampai malam coba Anda lakukan!
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif : Bagaimana perasaan setelah bercakap-cakap tentang melakukan kegiatan sesuai rencana harian?
Evaluasi objektif : Coba sebutkan cara yang telah kita lakukan! Bagus sekali
b. Rencana tindakan lanjut
“Coba lakukan sesuai jadwal !” bisa berlatih aktivitas lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam.
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
“Bagaimana kalau besok kita latihan cara yang ke-4 dengan membahas tentang cara minum obat yang baik serta guna obat. Masih ingatkan cara yang terakhir ini? Besok disini lagi dijam yang sama. Bagaimana? Tidak boleh telat ya! Silakan kalau punya kegiatan dilanjutkan saja!







STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN IV


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengontrol halusinasinya
b. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan dengan klien tentang dosis obat, tentang manfaat dan frekuensinya.
b. Menganjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan frekuensinya
c. Menganjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat
e. Mendiskusikan 5 benar dalam pemberian obat
f. Kontrol halusinasi dengan pemberian obat

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi !”
b. Validasi/ evaluasi
“Baik-baik saja kan! Wah tampak segar hari ini. Bagaimana perasaan, !
Bagaimana waktu halusinasi itu muncul, apakah mencoba cara-cara yang sudah kita bicarakan kemarin? Berhasil tidak? Berhasi! Bagus sekali.
c. Kontak (topik,waktu, dan tempat)
“Seperti janji kita kemarin hari ini saya akan menjelaskan tentang obat-obatan yang minum yang bisa mengatasi suara-suara yang mengganggu. Dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini saja ya? Cukup 15 menit cukup!
2. Fase Kerja
“Ini jenis obat-obatan yang minum! Sebutkan warna, nama, fungsi, dosis, cara dan waktunya.
Adakah bedanya setelah minum obat sudah teratur? Apakah suara itu berkurang/ hilang? Minum obat itu sangat penting, supaya suara-suara itu cepat hilang. Kalau suara-suara dan apa yang Anda dengar hilang, tidak boleh dihentikan obatnya. Nanti konsultasikan dengan dokter sebab kalau putus obat bisa kambuh lagi dan sulit mengembalikan ke keadaan semula.
Kalau obat habis minta lagi ke dokter, perlu teliti saat makan obat yang jangan ambil milik orang lain, baca kemasan, tepat jam minum dengan cara yang benar yaitu setelah makan jangan lupa harus benar obat dan dosisnya harus 5 benar.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif : Bagaimana perasaan setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Evaluasi objektif : Coba sebutkan cara yang telah kita pelajari! Sarat benar dalam pemberian obat! Wah bagus sekali jangan lupa minum obat, ya!
b. Rencana tindakan lanjut
“Bagaimana kalau kita masukkan jadwal kegiatan harian ya?
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
“Besok kita ketemu lagi ya , kita akan bahas masalah dengan keluarga. Kita ketemu lagi besok di sini, di jam yang sama ya!


PEDOMAN GIZI SEIMBANG UNTUK BAYI DAN ANAK 0-24 BULAN

Apa Yang Dimaksud Dengan Gizi Seimbang?
Gizi seimbang adalah konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi bayi/ anak agar tumbuh sehat dan cerdas.

Apa Saja Makanan Yang Memenuhi Gizi Seimbang untuk Bayi dan Anak?
Makanan seimbang untuk bayi dan anak sampai umur 2 tahun terdiri dari Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MP-ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi/ anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI harus diberikan pada umur 6 bulan.

Mengapa Gizi Seimbang Penting?
Karena :
1. Sangat berpengaruh pada tumbuh kembang yang pesat bagi bayi dan anak sampai umur 2 tahun.
2. Perkembangan potensi kecerdasan terbentuk hampir sempurna pada masa ini.

Apa Tujuan Pemberian Makanan Kepada Bayi dan Anak Umur 0-24 bulan?
1. Agar bayi dan anak tumbuh sehat dan cerdas
2. Agar bayi dan anak memiliki daya tahan tubuh yang maksimal
3. Membentuk perilaku pemberian makanan yang baik dan benar sejak dini.
4. Sebagai persyaratan kasih sayang.


Apa Persyaratan Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak?
1. Sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan anak (Gizi Seimbang)
2. Konsistensi Makanan Pendamping ASI disesuaikan dengan umur dan kemampuan daya cerna bayi/ anak (cair, lumat, lembik, makanan keluarga)
3. Mengutamakan pemberian ASI :
- ASI Eksklusif sampai bayi umur 6 bulan
- MP-ASI dimulai diberikan saat bayi berumur 6 bulan dan ASI diteruskan
4. Aman, yaitu bebas dari bahan berbahaya

Bagaimana Tahapan Pemberian Makanan Dengan Gizi Seimbang?
Umur 0-6 bulan (ASI Eksklusif)
1. Berikan ASI saja sesering mungkin tanpa dijadwal
2. ASI segera diberikan dalam waktu 30 menit setelah dilahirkan
3. ASI pertama (kolostrum) harus diberikan pada bayi karena banyak mengandung zat kekebalan dan padat gizi

Umur 6-9 bulan
1. ASI diteruskan
2. Mulai diberikan Makanan Pendamping ASI dalam bentuk lumat misalnya bubur susu, pisang, air buah, 2 kali sehari
3. Berikan ASI lebih dahulu, kemudian MP-ASI
4. Berikan MP-ASI berupa nasi tim lumat atau saring minimal 3 kali sehari setelah usia 7 bulan

Umur 9-12 bulan
1. ASI diteruskan dan didahulukan
2. Berikan nasi tim lunak/ lembik minimal 3 kali sehari
3. Berikan juga makanan selingan bergizi misalnya bubur kacang ijo, biskuit, 1-2 kali sehari
4. Berikan buah-buahan

Umur 1-2 tahun
1. ASI diteruskan
2. Berikan makanan keluarga sesuai gizi seimbang sebanyak ½ porsi orang dewasa tiap kali pemberian
3. Teruskan pemberian makanan selingan bergizi, 1-2 kali sehari
4. Berikan buah-buahan segar atau sari buah

Cara Menyusui yang Baik dan Benar
1. Sebaiknya sebelum menyusui, ibu mencuci tangan dahulu
2. Ibu dan bayi harus berada dalam keadaan santai, tenang dan nyaman
3. Letakkan kepala bayi dan lengkung siku ibu dan bokong bayi ditahan pada telapak tangan
4. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus
5. Waktu menyusui, peganglah bagian bawah payudara dengan keempat jari, ibu jari diletakkan di bagian atas payudara.
6. Sentuhkanlah putting susu pada bibir atau pipi bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar.
7. Masukkan seluruh putting dan sebagian besar lingkaran hitam disekitar putting (areola) ke mulut bayi.
8. Pada saat menyusui ibu menatap mata bayi atau anak dengan tatapan kasih sayang.
9. Tiap kali menyusui gunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian.

Hal-hal yang perlu diingat selalu
1. ASI adalah makanan yang paling baik dan tepat untuk bayi
2. Hindari pemberian air tajin, air gula, air kelapa dan lain-lain pada bayi baru lahir
3. Pemberian makanan pada umur 0-6 bulan selain ASI dapat mengganggu kesehatan bayi
4. Pemberian susu buatan atau susu botol dapat mengganggu kesehatan bayi karena :
a. Tidak mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.
b. Mudah tercemar kuman yang akan menyebabkan cepat basi
c. Mengurangi interaksi antara ibu dan bayi/ anak

Apabila bayi atau anak sakit
1. Teruskan pemberian ASI
2. Berikan MP-ASI lebih encer/ lunak dari biasa
3. Setelah sembuh berikan makanan secara berangsur-angsur sesuai dengan keadaan bayi atau anak

Apabila ibu bekerja
Pada saat di rumah : Susuilah bayi atau anak sebelum dan sesudah pulang bekerja.
Pada saat bekerja :
- Kalau memungkinkan pulang, ibu dapat menyusui di rumah
- ASI dapat diperas dengan tangan yang bersih, kemudian ASI ditampung dalam wadah yang bersih dan tertutup
- ASI diberikan dengan cara : menghangatkan wadah yang berisi ASI tersebut dalam mangkok berisi air panas lalu diberikan dengan sendok yang bersih

























PEDOMAN GIZI SEIMBANG
UNTUK BAYI DAN ANAK
0-24 BULAN



























akper bhakti mulia coy
SURAKARTA
2007

62 ASKEP INFARK, NEKROSIS DAN GANGREN

GANGREN
Definisi:
Kematian dari jaringan sebagai suatu massa, seringkali dengan pembusukan.

Tipe gangren :
1. Gangren kering
Disebabkan iskemia tanpa adanya edema atau infeksi makroskopik. Biasanya pada anggota gerak, mengalami mumifikasi, terdapat garis demarkasi. Biasanya setelah sumbatan arterial secara berangsur-angsur.
2. Gangren basah
Membusuk dan membengkak, organ atau anggota gerak. Setelah sumbatan arterial atau kadang vena, sering dipersulit oleh infeksi, seringkali infeksi saprofitik. Sering pada strangulasi usus. Juga infeksi anggota gerak dari gangren yang sebelumnya kering.

Penyebab:
1. Vaskular: ateroma, aneurisma, trombosis, keracunan ergot, tumor, pembalutan, torniket, ligasi, strangulasi, hematoma, embolisme.
2. Traumatik: cedera crushing dengan kekurangan pasikan darah, ulkus dekubitus, dll.
3. Fisiko-kimiawi: panas, dingin, asam, alkali, sinar X dll.
4. Infektif: piogenik akut (karbunkel), infeksi berat dengan trombosis vaskuler (apendiks gangrenosa), infeksi klostridia (gas gangren)
5. Penyakit saraf: siringomielia, dan tabesdorsalis ulkus tropik (kaitan dengan kehilangan saraf sensorik)


Efek gangren:
a. Setempat
- Nekrosis jaringan, sering disertai nyeri
- Ulserasi
- Infeksi dan supurasi
- Kehilangan fungsi
- Perforasi dari visera berongga, contoh usus gangrenosa dengan peritonitis
b. Umum
Absorpsi produk pemecahan jaringan dan infeksi efeksistemik serius kematian

Gangren gas
Etiologi: spora anaerob yang membawa klostridia, khususnya Clostridia perfringens (welchii).

Faktor predisposisi
- Fraktur-fraktur patologis
- Luka penetrans
- Cedera lain
- Bekuan darah
- Jaringan mati
- Benda asing
- Kotoran



Makroskopik
Nyeri, membesar dengan cepat, mengeluarkan sekret sero-sanguinosa yang berbau busuk. Terjadi pembentukan gas menyebabkan perubahan warna dan krepitasi.

Patogenesis
Enzim
Toksin bateri
Enzim : sakarolitik dan proteolitik
Toksin : fibrinolisin, hiaheronidase, hemalosilin dan lesitinase

Memecah jaringan yang terinfeksi timbul daerah anaeraob penyebaran progresif

Akibat
- Infeksi menyebar cepat (heneralisata) produksi gas dalam visera (hepoar, lien) hemolisin diabsorpsi hemolisis sistemik pe ↓ kadar ttb yang cepat t
- Toksemia berat

INFARK
Definisi
Suatu daerah nekrosis iskemik yang timbul oleh kurangnya pasokan darah, biasanya oleh embolisme atau trombosit.

Faktor-faktor predisposisi
Daerah dengan sirkulasi kolateral yang tidak cukup setelah blokade pembuluh darah = daerah/jaringan dengan “end arteri”

Tipe
1. Aseptik
2. Septik
Keduanya dapat :
a. Anemia atau pucat
Contoh: ginjal, lien, jantung, otak
b. Hemoragik atau merah
Contoh: paru, usus
Nasib dari infark
- Sangat kecil perlunakan absorpsi
- Biasanya: pengangkatan fagositik dari jaringan mati organisasi daerah ini dengan perbaikan jaringan parut pucat.

Perubahan organ
1. Infark ginjal
Terutama korteks. Bentuk baji, pusat, tidak terdapat nyeri.
2. Infark lien
Biasanya pucat, melibatkan kapsul. Ada nyeri, eksudat fibrinosa, sering perlunakan karena autolisis.

3. Infark jantung
Daerah kuning pucat dari otot yang lunak
4. Infark hepar
Terjadi jika terdapat gangguan pasokan darah oleh predisposisi, contoh tumor, dapat merah atau anemia.
5. Infark paru
Merupakan tempat infark yang paling sering. Gambaran merah klasik, bentuk piramidal, keterlibatan pleura  nyeri.
6. Infark usus
Dapat oleh sumbatan vena (torsi, volvulus, strangulasi) atau sumbatan arterial (trombus, embdus). Termasuk tipe hemoragik.
7. Infark SSP
Patologi primer dari banyak kasus hemiplegia, sangat sering terjadi.
a. Perlunakan otak
Sebab :
- Sumbatan arteri serebral oleh trombosis/embolisme
- Iskemia yang dikarenakan sumbatan pembuluh karotis/vertebralis di leher.
Akibat dari keduanya adalah  nekrosis kolikuatif (sebagai perlunakan otak).
b. Medula spinalis
Terjadi perubahan yang serupa
8. Infark septik
Sebab :
a. Embolus yang terinfeksi
b. Infeksi sekunder dari infark yang menetap
Makroskopis : pencairan daerah nekrotik dan pembentukan abses

NEKROSIS
Definisi
Nekrosis adalah kematian sel

Penyebab
1. Iskemia : kekurangan oksigen, metabolik lain
2. Infektif : bakteri, virus, dll
3. Fisiko-kimia : panas, sinas X, asam, dll

Terdapat 2 tipe :
a. Nekrosis koagulatif
Disebabkan oleh denaturasi protein sekular yang menimbulkan massa padar, menetap berhari-hari/berminggu-minggu larut dan dikeluarkan dari lisis enzimatik.
Tipe ini ditemukan setelah kehilangan pasokan darajh, contoh pada infark
b. Nekrosis kolikuatif
Terjadi pelaritan yang cepat dari sel yang mati. Terutama terjadi pada susunan saraf pusat.
pemecahan mielin perlunakan otak
likuefaksi, contoh: setelah sumbatan vaskular

Penyebab Nekrosis
1. Iskhemi
Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan akibat penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dapat terjadi akibat pembentukan trombus. Penyumbatan mengakibatkan anoxia. Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi pada jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
2. Agens biologik
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri-bakteri yang virulen, baik endo maupun eksotoksin. Bila toksin kurang keras, biasanya hanya mengakibatkan radang. Virus dan parasit dapat mengeluarkan berbagai enzim dan toksin, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi jaringan, sehingga timbul nekrosis.
3. Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga merupakan juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium dan glukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasinya tinggi.
4. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
5. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired) dan menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.

GANGGUAN SIRKULASI
I. Kongesti
II. Edema
III. Syok
KONGESTI
Kongesti atau hiperemia adalah peningkatan jumlah darah dalam jaringan
- Kongesti aktif
Merupakan dilatasi arterial dan kapiler
Terjadi pada latihan dan pada peradangan.
- Kongesti venosa pasif
Merupakan stasis vena
Dapat akut atau kronik, setempat atau U.
1. Kongesti venosa akut pasif
Organ/jaringan merah tua, berisi penuh dengan darah.
a. Setempat:
Karena abstruksi mendadak dari aliran balik vena (venous return)
Contoh: trombosis vena
b. Umum:
Kegagalan jantung akut
Asfiksia
2. Kongesti venosa kronik pasif
a. Setempat:
Disebabkan obstruksi vena yang lama dengan atau tanpa trombosis. Terjadi karena pembesaran lomfonodul, tumor, massa lain yang menekan vena.

b. Umum:
Pada kegagalan jantung kronik.
- Perubahan organ pada kongesti venosa pasif:
Kongesti ringan hiperemia
Lebih berat atau lama anoksia jariangan degenerasi parenkimal
1. Paru
Pada kegagalan jantung kiri kronik dan obstruksi mitral. Paru: padat, coklat dan fibrosa.
2. Hepar
Pada kegagalan jantung kanan
a. Dini: kongesti berat pada hepar
b. Kemudian: kerusakan sel hepar
c. Lanjut: nekrosis dan fibrosis
3. Lien
Dini : sedikit membesar
Selanjutnya: membesar secara makroskopis disertai fibrosis
4. Ginjal
Agak membesar, merah tua
Mikroskopis; glomeruli sangat membengkak
5. Organ lain
Usus, lambung dan visera lain: pembengkakan dan darah.
Anggota gerak: khususnya tungkak mengandung darah berlebihan, sering dan edema.
- Akibat kongesti vena yang lama
1. Pembesaran akibat pembengkakan
2. Anoksia stragnasi dengan degenerasi sel parenkimal dan peningkatan fibrosis
3. Edema

EDEMA
Merupakan penumpukan cairan ekstra selular yang berlebihan dalam jaringan.
Transudat : massa jenis < 1,020 Eksudat : massa jenis > 1,020
- Penyebab edema
1. Peningkatan dan tekanan vena: cairan keluar dari pembuluh darah ke ruang ekstraselular.
a. Sistemik:
Kegagalan jantung
b. Lokal:
Obstruksi mekanik terhadap drainase
Contoh: uterus gravid menekan vena
2. Penurunan tekanan osmotik darah
Edema: jika protein plasma menurun < 40 gr/l. Penyebab penurunan protein: a. Asupan yang tidak cukup Contoh: edema kelaparan, sindroma malabso b. Haluaran yang berlebihan Contoh: - Penyakit ginjal dengan albuminuria: sindroma nefrotik - Keluarnya protein pada luka bakar berat c. Produksi yang kurang Contoh: penyakit hepar berat dengan defisiensi sintesis proteion. 3. Peningkatan permeabilitas kapiler Menyebabkan kelebihan cairan dan protein plasma untuk masuk ke dalam jaringan. a. Sistemik: Produk bakterial dan bahan kimia anaksia yang berkaitan dengan kegagalan jantung. b. Lokal: Cedera setempat dari pembuluh darah oleh luka bakar, bahan kimia dan infeksi. 4. Peningkatan tekanan osmotik cairan ekstraselular Kelebihan ion natrium dalam cairan ekstraselular menahan air edema Penyebab: a. Kegagalan jantung b. Kegagalan ginjal c. Asupan diet natrium yang berlebihan 5. Obstruksi limfatik Mencegah drainase cairan jaringan, jika menetap limfedema. Jika berat elefantiasis. Penyebab: a. Kongenintal b. Parasitik: infeksi filaria c. Pembentukan parut: fibrosis setelah infeksi: limfogranuloma venerium d. Pembedahan: setelah pengeluaran limfenodul inguinal atau aksilar. Contoh: pada karsinoma payudara e. Keganasan: blokade oleh sel tumor - Tipe Klinik 2 tipe paling sering dari edema generalisata adalah: 1. Edema jantung Faktor utama: a. Peningkatan tekanan hidrostatik dalam vena b. Anoksia stagnasi dengan peningkatan permeabilitas vaskular c. Retensi ion natrium dengan peningkatan tekanan osmotik cairan ekstraselular 2. Edema ginjal Faktor yang terlibat: a. Penurunan protein plasma menurunkan tekanan osmotik plasma (oleh karena albumenuria) Contoh: sindroma nefrotik b. Peningkatan tekanan osmotik cairan ekstraselular, disebabkan gangguan elektrolit. Contoh: kegagalan ginjal akut c. Peningkatan permeabilitas kapiler Merupakan suatu faktor pada edema glomerulonefritis akut d. Tumpang tindih dengan edema jantung Kegagalan jantung yang berkaitan dengan hipertensi sebagai akibat sekunder penyakit ginjal. Efek edema: Edema serebral peningkatan tekanan intraranial, koma, bahkan kematian. Edema paru pergeseran udara oleh cairan dalam alveoli menghambat pertukaran gas dispnu dan sianosis. SYOK Suatu keadaan klinik yang timbul karena penurunan dari volume darah sirkulasi yang efektif. - Patogenisis stok Faktor-faktor yang terlibat: 1. Kehilangan darah Perdarahan internal Perdarahan eksternal 2. Dilatasi dasar kapiler Pengumpulan sejumlah besar darah pada dasar kapiler penurunan volume darah sirkulasi. 3. Neurogenik Lintasan saraf: - Syok primer: syok fase awal dan sementara Pingsan: memikirkan venaseksi, melihat darah - Syok klinik sejati: berlangsung lebih lama Perubahan tonus vasomotor redistribusi darah 4. Kardiogenik Dikenal sebagai syok sentral. Kegagalan jantung akut, khususnya setelah infark miokard kegagalan pompa. 5. Kehilangan plasma dan cairan - Luka bakar luas - Anafilaksis - Syok endotoksik - Muntah banyak - Diare - Efek syok Syok: hipertensi penurunan aliran darah ke organ-organ untuk vita anoksik 1. Otak Kehilangan kesadaran Kerusakan struktural permanen 2. Ginjal Nekrosis tubuler akut 3. Adrenal Kehilangan lipid kortikal 4. Hepar Perubahan lemak 5. Jantung Perubahan lemak minimal 6. Paru Kongesti INFARK, NEKROSIS DAN GANGREN

63 Asuhan Keperawatan Tumor gaster

TUMOR GASTER

BAB I
KONSEP DASAR TUMOR GASTER

A. Anatomi Fisiologi TUMOR GASTER
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar) yaitu tubamuskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus dan organ-organ aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas (Sloane, 2004 : 281). Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 984) saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yang berjalan dari mulut melalui esofagus. Lambung dan usus sampai anus. Organ saluran cerna (gastrointestinal) adalah membentuk suatu lumen kontinyu yang berawal di mulut dan berakhir di anus, fungsi utama saluran cerna adalah mencerna makanan dan menyerap cairan dan zat gizi yang diperlukan untuk energi dan sebagai bahan dasar (building bloks) untuk pertumbuhan (Alpers, 2006 : 1099).
Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan Pankreas (Sudoyo, 2007).
1. Rongga oral
Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesoris yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.
a. Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
b. Pipi
Mengandung otot buksinator mastikasi lapisan epitelial pipi merupakan subject abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.
c. Lidah
Diletakkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua, lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi wicara.
d. Kelenjar saliva atau ludah
Mensekresi saliva ke dalam rongga oral, saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus, fungsi saliva adalah melarutkan makanan secara kimia, melembabkan dan melumasi makanan, sebagai zat anti bakteri dan antibody yang membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
e. Gigi
Tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila. Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu) yang totalnya 20 gigi, dan gigi sekunder (permanen) yang total keseluruhan 32 gigi, yang digunakan untuk pengunyahan (mastikasi) (Sloane, 2004 : 284).
2. Faring
Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan esofagus, aksi penelanan meliputi tiga fase (volunter, faring, esofagus) (Sloane, 2004 : 2850.
3. Esofagus
Esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltik, mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus, esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
4. Lambung
Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia lambung terdiri dari bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus.
a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus).
b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus.
c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus yang membentuk dua pertiga bagian lambung.
d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum.
Fungsi lambung terdiri dari penyimpanan makanan, produksi kismus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik (glikoprotein, vitamin B12 dan absorpsi (Sloane, 2004 : 288).
5. Usus halus
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi. Divisi usus halus ada 3 yaitu : duodenum yaitu bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm), yeyenum adalah bagian yang selanjutnya, panjangnya kurang lebih 1 meter sampai 1,5 meter, ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar. Dan gerakan usus ada 2 jenis yaitu segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama, segmentasi mencampur kismus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke permukaan absorptif. Gerakan peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang saluran (Sloane, 2004 : 289).
6. Usus besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besar, sebagian besar nutrien telah dicerna dan diambil dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya. Bagian-bagian usus besar antara lain sekum, apendik, dan kolon terdiri dari asenden, tranversum, desenden dan sigmoid. Usus besar berfungsi sebagai tempat absorbsi air, natrium, dan mineral lain, sebagai tempat tinggal bakteri colli dan tempat feses (Sloane, 2004 : 295).
7. Rectum
Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Fungsi rektum adalah sebagai jalannya feses dari kolon menuju anus.
8. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar. Fungsi anus adalah mengeluarkan feses. Dinding anus di perkuat oleh 3 sfingter antara lain sfingter ani internus, levator ani, dan sfingter ani eksternus.
Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi dibutuhkan organ-organ aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan pankreas.
1. Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, permukaan atas berbentuk cembung, dan terletak di bawah diafragma, terdapat lobus kanan dan kiri yang berfungsi memecah steroid, membuat empedu, membantu katabolisme karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, memecah obat-obatan tertentu (Inayah, 2004 : 14).
2. Kantong empedu
Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh hati bersifat alkali untuk mencerna lemak 80 % getah empedu adalah pigmen zat warna antara lain strekobillin yang merupakan warna feses, berfungsi sebagai diabsorbsi kembali oleh darah dan memberi warna pada urin (urobilin) (Inayah, 2004 : 14).
3. Pankreas
Pankreas mempunyai dua kelenjar utama yaitu endokrin yang mengeluarkan insulin dan eksokrin yang meneruskan salurannya ke saluran pankreatik interna lalu ke saluran pankreatik eksterna yaitu duktus wirsung dan santorini (Inayah, 2004 : 11).

B. Pengertian TUMOR GASTER
Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis (Underwood, 2000 : 439). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2005 : 555) tumor jinak yang tersering ditemukan adalah polip dan leiomioma yang dapat membentuk adenomatosa hiperplastik, atau fibroid. Leiomioma yang merupakan tumor jinak otot polos lambung tidak bersimpai sehingga sulit dibedakan dari bentuk yang ganas (leiomiosarkoma) gambaran klinis dapat terjadi pada semua kelompok umur dan umumnya tumor ini tidak memberikan gejala klinis, kalaupun ada hanya berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasid. Pemeriksaan fisik tidak menemukan sesuatu kelainan, bila ditemukan kelainan perlu dipikirkan adanya karsinoma.

C. Etiologi TUMOR GASTER
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078) penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H. pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Underwood (2000 : 440) yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A.

D. Manifestasi Klinik TUMOR GASTER
Menurut Soeparman (1998 : 114) menyatakan gejala klinis yang ditemukan tidak khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau bila didapatkan komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan perdarahan yang bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan didapatkan adalah dalam bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna bagian bawah atau gejala obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2002 : 1078) gejala awal dari tumor dan kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.

E. Patofisiologi TUMOR GASTER
Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati sendiri. Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Barbara C. Long, 1996 : 217).

F. Pemeriksaan Penunjang TUMOR GASTER
Menurut Hadi (1999 : 271) pemeriksaan tumor gaster meliputi :
1. Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa.
2. Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin.
3. Sitologi dengan gastrofiberskop.
4. Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta kompresi).
5. Gastroskopi : pemotretan isi lambung.
6. Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi.
7. Fosfor radio aktif dan CT scanning.

G. Komplikasi TUMOR GASTER
Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut :
1. Perforasi
2. Hematemesis
3. Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus
4. Adhesi
5. penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.

H. Penatalaksanaan TUMOR GASTER
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1081) tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit dan paliasi.

I. Fokus Pengkajian TUMOR GASTER
Menurut Doenges (2000 : 997) dasar data pengkajian pasien antara lain :
1. Aktivitas
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja
Tanda : Perubahan pada TD
3. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan kontrol, depresi.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola BAB, perubahan eliminasi urinarius.
Tanda : Perubahan pada usus, distensi abdomen.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi.
8. Pernafasan
Gejala : Merokok, pemajanan asbes.
9. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
11. Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.
12. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan.
Pemeriksaan diagnostik
1. Scan dan ultrasound : identifikasi metastatik dan evaluasi respon pengobatan.
2. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan.
3. Penanda tumor untuk monitor kanker dan membantu mendiagnosis kanker.
4. Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang.
5. JDL dengan diferensial dan trombosit : menunjukkan anemia. (Doenges, 2000 : 997)

J. Pathway dan Masalah Keperawatan




K. Fokus Intervensi TUMOR GASTER
Dengan melihat pathway tumor gaster dan merumuskan diagnosa perawatannya, maka beberapa diagnosa perawatan tersebut menjadi fokus intervensi, antara lain menurut Brunner and Suddarth (2002) adalah :
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.
b. Berikan dorongan terhadap keluarga dalam mendukung pasien.
c. Berikan keterangan dan dukungan tindakan koping positif.
d. Anjurkan pasien tentang adanya prosedur dan pengobatan.
e. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang pendukung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Intervensi :
a. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
b. Berikan makanan yang tidak mengiritasi lambung.
c. Berikan suplemen makanan yang tinggi kalori, vitamin A dan C, serta zat besi.
d. Pantau kecepatan dan frekwensi terapi intravena.
e. Catat masukan, haluaran dan berat badan tiap hari.
f. Kaji tanda-tanda dehidrasi (haus, mukosa kering, turgor kulit kering).


3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
Intervensi :
a. Kaji intensitas, frekuensi, dan durasi nyeri.
b. Anjurkan untuk periode istirahat dan relaksasi.
c. Ajarkan tehnik untuk menghilangkan nyeri (imajinasi, distruksi, relaksasi, gosokan punggung, dan masase).
d. Kolaborasi tentang pemberian analgetik sesuai resep.
Doenges (2000) juga menambahkan diagnosa yang muncul pada kanker lambung berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Tujuan : Tanda-tanda infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
b. Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat waktu.
Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung.
b. Tekankan higiene personal.
c. Pantau suhu, dan tingkatkan istirahat adekuat.
d. Kaji semua sistem terhadap tanda atau gejala infeksi secara kontinyu.
e. Ubah posisi dengan sering : pertahankan linen kering dan bebas kerutan.
f. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal : kecacatan bedah.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh.
b. Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Intervensi :
a. Dorong diskusi pecahkan masalah tentang efek kanker atau pengobatan.
b. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami.
c. Berikan dukungan emosi untuk pasien atau orang terdekat selama tes diagnostik.
d. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien dan pertahankan kontak mata.
e. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien atau orang terdekat.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkatan kesiapan diri sendiri.
b. Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam aturan pengobatan.
Intervensi :
a. Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pemahaman diagnosa khusus.
b. Berikan informasi yang jelas tentang kanker dan pengobatan kanker.
c. Berikan pengobatan antisipasi pada pasien atau orang terdekat mengenai pengobatan.
d. Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal.
e. Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan teratur.
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
Tujuan : Pasien dapat melakukan mobilisasi fisik secara optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil : Meningkatnya atau memperhatikan mobilitas pada tempat paling tinggi yang mungkin, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat mobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi.

b. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik.
c. Indikasikan pasien untuk bantu dalam rentang gerak pasif.
d. Bantu dorong perawatan diri atau kebersihan.
e. Berikan lingkungan yang aman.






Daftar Pustaka
1. NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology: Gastric Cancer. Ajani, AJ et al. s.l. : National Comprehensive Cancer Network, 2009. V.2.
2. Gastric cancer. Lochhead, P and El-Omar, M. s.l. : British Medical Bulletin, 2008, Vols. 85: 87–100 .
3. Devita, VT, Hellman, S, Rosenberg, SA. Cancer: Principles and Practice of Oncology 6th. 6th edition. s.l. : Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2001.
4. Current Problems in Surgery: Gastric Cancer. Clark, R et al. 8, s.l. : Curr Probl Surg, 2006, Vol. 43, pp. 566-670.
5. Zinner MJ, Ashley SW. Maingot’s Abdominal Operations. 11th edition. USA : The McGraw-Hill Companies, 2007.
6. Casciato DA, Lowitz BW. Manual of Clinical Oncology. s.l. : Lippincott Williams & Wilkins, 2000.
7. Schwartz, SI. 2005. Schwartz’s Principles of Surgery 8th Ed. United States of America: The McGraw-Hills Company.
8. Trends in reported incidences of gastric cancer by tumour location, from 1975 to 1989 in Japan. Liu, Y, Kaneko, S and T, Sobue. s.l. : Journal of Epidemiology, 2004, Vol. 33, pp. 808-815.
9. Trend in incidence of gastric adenocarcinoma by tumour location from 1969-2004. Abdi-Rad, A, Ghaderi-sohi, R and Nadimi-barfroosh, H. s.l. : Diagnostic Pathology, 2006, Vol. 1:5.
10. Gastric Cancer: New Therapeutic Options. Macdonald, JS. 2006, NEJM , p. 355;1 .
11. National Cancer Institue. 2008 .Gastric Cancer Treatment.