129 ASKEP TRAUMA SALURAN KEMIH

TRAUMA PADA SALURAN KEMIH

TRAUMA BLADDER
Definisi
Trauma tumpul atau penetrasi perlukaan pada bladder yang mungkin dapat/tidak dapat menyebabkan ruptur bladder. Trauma bladder sering berhubungan dengan kecelakaan mobil saat sabuk pengaman menekan bladder, khususnya bladder yang penuh.

Etiologi dan faktor resiko
Kandung kencing yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis. Manifestasi klinik Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai dilitis.

Manifestasi klinik
Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih.
Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat bladder kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai disrupsi tersebut teratasi.

Manajemen medis
Tindakan pertama pada trauma bladder adalah insersi kateter foley atau kateter suprapubik untuk memonitor hematuria dan menjaga agar bladder tetap kosong sampai sembuh. Cidera karena contusio atau perforasi kecil dapat diperbaiki dengan pembedahan.

Manajemen keperawatan
Pengkajian terhadap klien yang dicurigai mengalami trauma bladder merupakan hal yang penting. Perawat harus selalu memonitor urine output klien untuk mengetahui jumlah atau adanya hematuria. Perawat harus mencatat penurunan urine output yang berhubungan dengan intake cairan klien. Insersi kateter harus dilakukan secara hati-hati pada klien yang dicurigai mengalami trauma bladder.

Manajemen keperawatan pada klien bedah
Pada pasien post operative, perawat harus mempertahankan drainase urine untuk mencegah tekanan pada jaritan kandung kemih. Karena klien memakai cateter uretra atau suprapubik maka penting diberikan informasi kepada klien tentang perawatan kateter. Kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya harus ditingkatkan sehingga mampu merawat dirinya di rumah. Rujuk untuk perawatan setelah keteter dicabut. Berikan pula informasi mengenai latihan untuk memulihkan fungsi otot-otot kandung kemih.

TRAUMA URETRA
Uretra, sama seperti bladder, dapat mengalami cidera/trauma karena fraktur pelvic. Terjatuh dengan benda membentur selangkangan (stradle injury) dapat menyebabkan contusio dan laserasi pada uretra. Misalnya saat jatuh dari sepeda. Trauma dapat juga terjadi saat intervensi bedah. Luka tusuk dapat pula menyebabkan kerusakan pada uretra.

Kerusakan uretra ini diindikasikan bila pasien tidak mampu berkemih, penurunan pancaran urine, atau adanya darah pada meatus. Karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra, proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang menimbulkan pembengkakan pada scrotum atau area inguinal yang mana akan menyebabkan sepsis dan nekrosis. Darah mungkin keluar dari meatus dan mengekstravasasi jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan ekimosis. Komplikasi dari trauma uretra adalah terjadinya striktur uretra dan resiko impotent. Impotensi terjadi karena corpora kavernosa penis, pembuluh darah, dan suplay syaraf pada area ini mengalami kerusakan.

Penatalaksanaan trauma uretra meliputi pembedahan dengan pemakaian kateter uretra atau suprapubik sebelum sembuh, atau pemasangan kateter uretra/suprapubik dan membiarkan urethra sembuh sendiri selama 2 – 3 minggu tanpa pembedahan. Selama periode tersebut pasien dimonitor untuk terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine.

TRAUMA URETER
Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena insersi intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.

Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul. Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada abdomen bagian bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis, ileus paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada luka terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini. Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus, transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan.










PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan dibahas khusus pada sistim tubuh yang terpengaruh :
1. Ginjal (Renal)
Kemungkinan Data yang diperoleh :
• Oliguria (produksi urine kurang dari 400 cc/ 24jam)
• Anuria (100 cc / 24 Jam
• Infeksi (WBCs , Bacterimia)
• Sediment urine mengandung : RBCs ,
2. Riwayat sakitnya dahulu.
• Sejak kapan muncul keluhan
• Berapa lama terjadinya hipertensi
• Riwayat kebiasaan, alkohol,kopi, obat-obatan, jamu
• Waktu kapan terjadinya nyeri kuduk dan pinggang
3. Penanganan selama ada gejala
• Kalau dirasa lemah atau sakit apa yang dilakukan
• Kalau kencing berkurang apa yang dilakukan
• Penggunaan koping mekanisme bila sakit
4. Pola : Makan, tidur, eliminasi, aktifitas, dan kerja.
5. Pemeriksaan fisik
• Peningkatan vena jugularis
• Adanya edema pada papelbra dan ekstremitas
• Anemia dan kelainan jantung
• Hiperpigmentasi pada kulit
• Pernapasan
• Mulut dan bibir kering
• Adanya kejang-kejang
• Gangguan kesadaran
• Pembesaran ginjal
• Adanya neuropati perifer
6. Test Diagnostik
• Pemeriksaan fungsi ginjal, kreatinin dan ureum darah
Menyiapkan pasien yang akan dilakukan Clearens Creatinin Test (CCT) adalah:
• Timbang Berat badan dan mengukur tinggi badan
• Menanmpung urine 24 jam
• Mengambil darah vena sebanyak 3 cc (untuk mengetahui kreatinin darah)
• Mengambil urine 50 cc.
• Lakukan pemeriksaan CCT dengan rumus :

Vol. Urine [cc/menit x Konsentrasi kreatinin urine (mg %)}
Kreatinin Plasma (mg %)

• Persiapan Intra Venous Pyelography
• Puasakan pasien selama 8 jam
• Bila perlu lakukan lavemen/klisma.

DIAGNOSA PERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (Post operatif)
1. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma, aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine.
2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya stoma, kehilangan kontrol eliminasi urine, kerusakan struktur tubuh ditandai dengan menyatakan perubahan terhadap body imagenya, kecemasan dan negative feeling terhadap badannya.
3. Nyeri berhubungan dengan disrupsi kulit/incisi/drains, proses penyakit (cancer/trauma), ketakutan atau kecemasan ditandai dengan menyatakan nyeri, kelelahan, perubahan dalam vital signs.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan inadekuatnya pertahanan tubuh primer (karena kerusakan kulit/incisi, refluk urine).
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma jaringan, edema postoperative ditandai dengan urine output sedikit, perubahan karakter urine, retensi urine.
6. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur body dan fungsinya, response pasangan yang tidak adekuat, disrupsi respon seksual misalnya kesulitan ereksi.
7. Deficit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menangkap informasi, misinterpretasi terhadap informasi ditandai dengan menyatakan miskonsepsi/misinterpretasi, tidak mampu mengikuti intruksi secara adekuat.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. SI Hari / Tanggal : Rabu, 16 Mei 2001
Dx medis : Trauma Ureter post Neoimplantasi Ureter
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya stoma, aliran/rembesan urine dari stoma, reaksi terhadap produk kimia urine.

Data Subyektif :
• Klien mengatakan : Kapan selang saya dicabut dan lukanya dapat capat sembuh karena ingin mandi bebas selama ini hanya dilap dgn whaslap.
• Banyak berkeringat & membuat badan tdk enak & gatal-gatal.
• Posisi tidur tdk enak krn ada luka operasi & selang.
Data Obyektif :
• Terpasang tube difiksasi ke tempat tidur.
• Luka jahitan berjumlah 15 jahitan
• Jumlah cairan yg keluar 200cc.
• Badan masih ikterus terutama sklera mata.
• Posisi tidur/ istirahat semifowler dan ber sandar di tempat tidur diganjal dgn bantal.
• Luka Operasi tdk tampak tanda-tan da infeksi. Tujuan :
Klien bebas dari resiko kerusakan integritas kulit.
Kriteria :
• Luka operai sembuh tanpa komplikasi.
• Tidak ada iritasi pada daerah tempat pemasangan drain
• Kulit Pasien utuh
• Tidak ada tanda – tanda infeksi pada kulit. 1. Cek Drain dan luka insisi, upayakan agar aliran bebas/lancar .


2. Observasi warna dan sifat drainase.


3. Pertahankan posisi selang drainase tube di tempat tidur
4. Atur posisi semi fowler

5. Observasi sedakan, distensi abdomen, Batuk.


6. Ganti pakaian klien, higiene kulit, disekitar luka insisi.

7. Anjurkan Pasien untuk miring kiri dan kanan setiap 2 jam


KOLABORASI :
1. Beri antibiotik sesuai indikasi.

2. Monitor hasil lab: Contoh : Leukosit




1. Pemasangan drain untu mengeluarkan sisa-sisa cairan Koreksi posisi untuk mencegah akumulasi cairan dalam tubuh.
2. Drainase berisi darah dan sisa darah selama hari – hari pertama post pembedahan.
3. Mempertahankan tetap lancarnya aliran dan mencegah pembentukan lumen
4. Mempermudah aliran em pedu

5. Lepasnya draine dapat menyebabkan iritasi dan komplikasi yg serius .

6. Menjaga kebersihan kulit disekitar insisi dapat mening katkan perlindungan kulit ter hadap ulserasi.

7. Mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.


• Untuk mengurangi infeksi atau abses
• Peningkatan leukosit sebagai gambaran adanya proses imflamasi contoh abses atau terjadinya peritonitis.



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. SI Hari / Tanggal : Rabu, 16 Mei 2001
Dx medis : Trauma Ureter post Neoimplantasi Ureter
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Kurang pengetahuan tentang kondisi prog nosa dan kebutuhan pengobatan, sehubu ngan dgn : kurangnya informasi.
Data subyektif :
klien menyatakan bahwa tdk mengerti ttg proses penyakit, prosedur pembe-dahan & pengoba-tan karena tdk ada yg memberi tahu, dan dokter memberi tahu bahwa saya harus operasi.
Data Obyektif :
Klien banyak Tanya, cemas
• Secara verbal me ngerti akan proses penyakit, pengoba tan dan prognosis pembedahan.
• Melakukan koreksi thd prosedur yang penting & menjelaskan reaksi dr tindakan.
• Menilai perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan
1. Kaji ulang pada klien ttg pengetahuan pro- ses penyakit , prosedur pembedahan , prog- nosa.

2. Ajarkan perawatan insisi atau membersihkan luka .

3. Anjurkan agar Draine dan kantong urobag jangan diangkan dan beri penjelasan untuk mencatat volueme dlm kantong dan catat pengeluarannya.

4. Identifikasi tanda/ gejala : urine keruh, warna drainase..

5. Kaji ulang keterbatsan aktifitas, tergantung situasi individu. Kaji ulang pada klien ttg pengetahuan pro- ses penyakit , prosedur pembedahan , prog- nosa.

6. Anjurkan klien utk men-catat dan menghindari makanan yg dpt me-nyebabkan deare.



1. Beri pengetahuan dasar pada klien sehingga klien dapat memilih imformasi yang dibutuhkan.

2. Akan mengurangi keterganungan dalam perawatan, dan menurunkan resiko komplikasi.
3. Menurunkan resiko aliran balik pada slang Drain dan urine . Memberi informasi ttg status cairan .


4. Merupakan indikai sumba-tan saluran empedu/ ggn degestif, dpt digunakan utk evaluasi & intervensi

5. Kebiasaan aktifitas dapat dimulai lagi secara normal dalam waktu 3 – 5 hari setelah pembedahan





RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. SI Hari / Tanggal : Rabu, 16 Mei 2001
Dx medis : Trauma Ureter post Neoimplantasi Ureter


DIAGNOSA
KEPERAWATAN
T U J U A N
INTERVENSI
RASIONAL
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data Subyektif :
Pasien mengeluh nafsu makan kurang suka melihat makanan
Data Obyektif.
Klien Nampak Lemah, Tidak makan nasi yang disiapkan.
Tujuan :
Status Nutrisi Pasien Dipertahankan Dalam batas normal
Kriteria:
-. Pasien menghabiskan porsi makanan yang disiapkan
-. Tidak mengeluh mual dan muntah
-. Tidak mengeluh pusing 1. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya.
2. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi
3. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.
4. Sajikan menu yang menarik
5. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual, obat penambah nafsu makan.
6. Lakukan cek BB tiap 3 hari Kegagalan asupan nutrisi dapat terjadi akibat maknan yang dihidangkan tidak sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan.
Untuk memastikan cukupnya asupan makanan peroral

Pengetahuan akan membantu meningkatkan toleransi pasien terhadap kebutuhan yang ada

Merangsang nafu makan klien

Mengatasi kegagalan asupan makanan peroral




Mengetahui perkembangan status nutrisi

Tidak ada komentar: