83 ASUHAN KEPERAWATAN B P H

KONSEP DASAR
BENIGNA PROSTAAT HIPERPLASI

A. Definisi
- Benigna prostaat hiperplasi (BPH) adalah pembesaran secara progresif dari kelenjar prostaat (secara umum pada pria lebih dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Doenges, 2000).
- Benigna prostaat hiperplasi (BPH) adalah pembesaran prostaat yang menyumbat uretra, menyebabkan gangguan urinarius (Sandra M. Nettina, 2002).

B. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi benigna prostaat hiperplasi belum diketahui secara pasti penyebab terjadi. Tetapi hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostaat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrostesteron (DTH) dan proses aging (menjadi tua) (Arief Mansjoer, 2000).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostaat adalah :
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan estrogen pada usia lanjut.
2. Peranan dari growth faktor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostaat.
3. Meningkatkannya lama hidup sel-sel prostaat karena berkurangnya sel yang mati.
4. Proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan epitel kelenjar prostaat menjadi berlebihan.




Klasifikasi
Menurut R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2002
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urine
I
II
III
IV Penonjolan prostaat, batas atas mudah diraba
Penonjolan prostaat jelas, batas atas dapat dicapai
Batas atas prostaat tidak dapat diraba
Batas atas prostaat tidak dapat diraba < 50 ml 50-100 ml > 100 ml
retansi urine total

Tanda dan Gejala
- Frekuensi : sering miksi/ kencing
- Sering terbangun untuk miksi pada malam hari
- Perasaan ingin miksi yang mendesak
- Nyeri pada saat miksi
- Pancaran urine melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Harus mengejan saat miksi

C. Patofisiologi
Proses pembesaran prostaat ini terjadi secara perlahan-lahan, sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine, keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor (menebal dan meranggang) sehingga terbentuklah sekula, sekula dan divertikel buli-buli.
Fase penebalan detrusor ini disebut juga fase kompensasi. Dan apabila berlanjut, maka detrusor akan mengalami kelelahan dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi, sehingga terjadi retensio urine yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas (Arief Mansjoer, 2000).
Turp mempunyai beberapa kemampuan keuntungan antara lain (Doengoes, 2000) :
1. Lama operasi lebih singkat
2. Tidak menimbulkan sayatan sehingga resiko infeksi akibat luka dapat diminimalkan
Penyulit Turp
(Doengoes, 2000)
1. Selama operasi = perdarahan sindroma turp
2. Pasca bedah = perdarahan, infeksi lokal atau sistemik

D. Manifestasi Klinis
Obstruksi prostaat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri :
1. Gejala obstruksi
- Hipertensi
Terjadi karena destrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
- Inter-mitensi
Terjadi karena destrator tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal driobling dan rasa belum puas sehingga miksi terjadi karena jumlah residu urine yang banyak dalam buli-buli.




- Nokturia :
Terjadi karena pengosongan urine saat miksi belum lengkap. Pada saat malam hari, ketegangan otot (tonus) menurun. Dengan penurunan ketegangan otot sfinofer (tonus) dan masih adanya urin di dalam buli-buli maka urine akan keluar dengan sendirinya.
- Frekuensi meningkat
Hal ini diakibatkan karena belum lengkapnya urine yang keluar pada tiap miksi, sehingga buli-buli akan cepat penuh kembali dan merangsang untuk miksi, sehingga interval miksi lebih pendek.
- Urbensi dan disuria
Sebetulnya hal ini jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan ditrusor sehingga kontraksi mengalami involunter.
- Inkontinensia
Bukan merupakan gejala yang khas, walaupun berkembangnya penyakit, urine keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai komplikasi maksimum, maka tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan sfingter.
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat otot buli-buli akan mengalami kelelahan sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain :
1. Volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan/ minuman yang mengandung diuretika (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang berlebihan.
2. Masa prostate tiba-tiba membesar yaitu setelah melakukan aktivitas seksual/ mengalami infeksi prostate akut.
3. Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot destrusor/ yang data mempersempit leher buli-buli, antara lain golongan antikolinergik atau alfa adrenergik.

b. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan akibat penyakit hyperplasia prostate pada saluran kemih atas berupa gejala obstruksi antar lain nyeri pinggang, adanya benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis) atau demam yang merupakan tanda dari infeksi/ urodepsia.
c. Gejala di luar saluran kemih
Klien yang mengalami keluhan adanya herno inguinalis atau hemoroid, sering diakibatkan mengerjakan saat miksi, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabnorminal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang tensi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfesis akibat adanya retensi urine kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes pertanda dari inkontinensia paradoksa.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat gelap, merah gelap, terang (berdarah), penampilan kerah, pH 7 atau lebih besar (menurunkan infeksi) : adanya bakteri sel darah putih, sel darah merah mungkin secara mikroskopis.
2. Sedimen urine
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi/ inflamasi pada saluran kemih.
3. Kultur urine
Untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensilifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan, dapat menunjukkan staphylococcus oureus, proteus, klebsiella, pseudomonas atau E.60.

4. Sitologi urine
Untuk mengesampingkan kanker kandung kemih.
5. Faal ginjal
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang mengenai saluran kemih bagian atas.
6. BUN/ kreatinin, meningkat bila fungsi ginjal dipengaruhi
7. Asam fosfat serum/ antigen khusus prostatik
Peningkatan karena pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostate (dapat mengidentifikasikan metastase tulang).
8. Sel darah putih (leukosit)
Mungkin lebih dari 11.000 mengidentifikasikan infeksi bila klien tidak imunosupresi.
9. Gula darah
Untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).
b. Radiologi
1. Foto polos abdomen
Untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih adanya batu/ kalkulosa prostate dan kadang kala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine yang merupakan tanda dari suatu referensi urine.
2. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya :
a. Kelainan pada ginjal maupun urefer berupa hidroureter/ hidronefrosis.
b. Memperkirakan besarnya kelenjar prostate yang ditunjukkan oleh adanya identasi prostate (pendesakan buli-buli oleh kelanjar prostate) atau urefer di sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail/ nooked fish.
c. Penyulit uang terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sekuli buli-buli.
3. Ultrasonografi transrektal
Digunakan untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostate, adanya kemungkinan pembesaran prostate maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostate menentukan jumlah residu urine, dan mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam buli-buli, melokalisasi lesi yang tidak berhubungan dengan BPH.
4. Pemeriksaan derajat obstruksi prostate dapat diperkirakan dengan cara mengukur :
a. Residu urine
Jumlah sisa urine setelah miksi, sisa urine ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi.
b. Pancaran urine/ flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/dt) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urine.
5. Sistouretrografi berkemih
Digunakan sebagai pengganti IV P untuk menvisualisasi.

Pengobatan
Tujuan terapi pada klien, hiperplasi prostate adalah menghilangkan obstruksi pada leher buli-buli. Hal ini dapat dicapai dengan cara :
a. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk :
1. Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan alfa bloker (penghambat alfa adrenengik). Alat penghambat alfa adrenergic adalah fenoksi benzamin dan fentolamin. Golongan obat ini mempunyai efek sistemik yang merugikan yaitu hipertensi postural.
b. Operasi
Tindakan operasi ditujukan pada hyperplasia prostate yang sudah menimbulkan penyakit tertentu, missal : retensi urine, batu saluran kemih hematari, infeksi saluran kemih, tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka/ operasi endourologi transuretra.

1. Pembedahan terbuka
Teknik operasi prostatektomi terbuka yaitu menggunakan metode dari miliin yaitu dengan melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropupik intravesika. Metode Freyer. Melalui pendekatan suprapublik transversika dan transperineal.
2. Pembedahan Endourologi, pembedahan cara ini dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP (Trans Uretial Resection off the Prostat) atau dengan memakai energi laser yaitu TULP (Trans urethra laser of the prostate)
Pada pemeriksaan toucher pada tonus (colok dubur) perlu diperhatikan :
1. Tonus sfinger ani/ refleks bulbokavernosus, untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli nerogen.
2. Mukosa rectum
3. Keadaan prostat antara lain : kemungkinan adanya modul, krepitasi, konsistensi prostate, simetri antar lobus dan batas prostat.
Pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti merasa ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan modul sedangkan pada karsinoma prostat. Konsistensi prostat keras/ teraba nodul dan mungkin diantar lobus prostate tidak semetri.









DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geisster, AC, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih Bahasa : I Mode Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC.

Diagnosis Keperawatan “NANDA”. Definisi dan Klasifikasi 2001-2002, Diterjemahkan oleh Mahasiswa PSIK-B FK UGM Angkatan 2002.

Carpenite Lynda Juall, Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC, 2001.

Iowa Outcome Project, Nursing Intervention Classification (NIC), Second Edition, Mosby, St Louis New York, 1996.

Iowa Outcome Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition, Mosby, St Louis New York, 1996.

Mansjoer, Arief, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : EGC, 2000.
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta : EGC, 2002.
Sjamsuhidayat, R, dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta : EGC, 2002.

Tidak ada komentar: